Saturday, August 17, 2019

Cara Sederhana Membangun Keluarga Bahagia

Cara Membangun Keluarga Bahagia - Akad telah terucap, para tamu dan khalayak pun ramai memberi ucapan selamat teriring untaian doa, riuh syahdu suasana nikah hari itu akan menjadi sejarah yang melekat dalam benak. Ini jadi langkah awal untuk membuktikan keberaniannya sebagai lelaki, karena lelaki pemberani bukanlah yang mampu taklukkan pegunungan himalaya atau gunung di Fuji sana, ia disebut berani jika mampu taklukkan atap gedung KUA, you know lah maksudnya.

Pasca hari bersejarah itu, tepatnya di malam pengantin, ketika jantung berdegup kencang menikmati saat-saat berdua dengan pasangan halal di bilik kamar.

Cara Sederhana Membangun Keluarga Bahagia

Malam itu, ada sebuah ikrar cinta yang agung dari seorang lelaki pendekar, ikrar cinta yang sejatinya menunjukkan tekad besar perjalanan bahtera rumah tangga.

Malam ini adalah halaman pertama dari ‘kitab sejarah’ yang akan dituliskan bersama, "aku harap kau membantuku mewujudkan karya itu", katanya pada sang istri.

"Ketahuilah, aku memilihmu bukan sekadar menjadikanmu sebagai istri atau ibu bagi anak-anakku nanti, namun lebih jauh dari itu; aku menjadikanmu sebagai teman sejatiku sampai surga", tambahnya.

Ingatkan tujuan kita yang abadi, berkumpul bersama di surga, aku sadar betul, belum tentu bisa membawamu liburan ke hawai, maldives ataupun pegunungan alpen, tapi yakinlah aku bersungguh-sungguh akan membawamu liburan ke surga.

Sejak awal, ia memang hadir untuk berkhidmat membangun peradaban lewat keluarga, maka baginya menikah itu sungguh-sungguh ibadah, jika senang disyukuri, dan saat susah disabari.

Jika sebelum menikah biasanya kita memilih pasangan ‘karena’, begitu sudah menikah kita berusaha mencintainya ‘walaupun’ sebuah bentuk perjuangan untuk tetap sabar mengajak pasangan agar bersama ke surga; meski kadang hasilnya berbeda.

Gambaran ideal tentang pernikahan, memang muncul saat ia masih melajang, sebagaimana orang yang sedang kursus berenang, ia dilatih berenang di kolam. Tentu berbeda saat ia harus terjun ke sungai.

Perenang tangguh berupaya untuk tetap sebrangi sungai, meski resiko hanyut akan dialami, tetapi tekad tak surut untuk bisa sampai ke tujuan.

Begitu pula dalam pernikahan, sering tak sesuai dengan harapan. Terlebih bagi sebagian orang yang terbius kisah-kisah di novel roman, drama korea atau telenovela, gambaran sosok pasangan bak pangeran atau bidadari sempurna sering tak kesampaian.

Adalah Nabi Zakaria yang tak pernah putus asa mendampingi istrinya, bertahun-tahun menikah tak dikaruniai anak, istrinya mandul, dan bahkan sebagian ahli tafsir menyebutkan akhlak istrinya juga tercela. Namun ia tetap setia mendampingi dan memperbaiki istrinya hingga rambutnya beruban.

Sekiranya ia mau, ia bisa saja menikah lagi dan tinggalkan sang istri; di sinilah ketangguhannya teruji, Baginya pernikahan bukan sekadar kontrak untuk membuat anak, tapi komitmen untuk melangkah bersama ke surga.

Agar kuat melangkah saat pertama kali menikah, maka bayangkanlah tujuan terakhir dari stasiun yang kita tuju, yakni surga, inilah tempat peristirahatan dan tamasya kita dari segala jerih payah dunia.

Sebagaimana Asiyah yang sabar dalam menghadapi kejahatan Fir’aun, tersebab senantiasa membayangkan istana khusus yang disediakan baginya di surga.

So, saat kegantengan memudar, dan saldo di tabungan bikin jantung berdebar-debar, bisikkan ini setiap saat di telinga istri, ‘Kalau kamu cari yang ganteng dan kaya, mungkin kamu salah pilih. Tapi kalau kamu cari yang membawamu ke surga, aku siap membimbing dan menemani”. Ahay...

Qepoin adalah media untuk berbagi informasi yang ada di sekitar kita. Jangan lupa untuk berlangganan artikel melalui email ya!


EmoticonEmoticon