Tak Ada yang Bisa Luput dari Khilaf - Aku tak menganggap diriku bebas dari khilaf nan keliru. Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali yang dirahmati Rabbku. (QS Yusuf: 53). Adalah keliru sebenar keliru, jika menganggap kehidupan sehari2 para sahabat rasul penuh kaku nan kering, padahal mereka manusiawi, namun penuh cahaya illahiyah.
Mari tengok riwayat shahih berikut ini :
Imam At Tirmidzi, An Nasai, & Al Hakim, meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa kala itu ada seorang wanita sangat cantik yang tengah shalat bersama Nabi di shaff terdepan kaum wanita. Kala itu, Masjid Nabawi masih satu pintu saja.
Di antara para sahabat, sebagiannya bergegas ke masjid & berebut shaff pertama agar tak bisa melihat sang wanita, adapun sebagian lainnya bersengaja melambat diri agar bisa shalat di shaff belakang, sehingga dapat melihat si jelita di sela-sela rukuknya.
Allah pun akhirnya menurunkan wahyu-Nya:
Sesungguhnya Kami mengetahui orang-orang yang bergegas di antara kalian dan sungguh Kami mengetahui pula mereka yang berlambat mengakhirkan. (QS Al Hijr: 24)Sejak saat itu, para sahabat sering berebut untuk hadir di shaff terdepan.
Seperti inilah taqwa, bermaujud dalam rasa malu, mereka yang semula usilpun, bergegas kembali pada kemuliaan ketika ditegur lembut dengan sindiran halus oleh Yang Menggenggam hati mereka.
Maka jika usil kerap kita lakukan, taqwalah yang selalu harus diperjuangkan.
Sepwrti halnya Fadhl ibn 'Abbas yang dibonceng Nabi di atas unta dan melihat rupawannya wanita Khats'amiyah, ianya berulang-berbalik memandang walau wajahnya sudah dipalingkan; ghadhdhul bashar memang hal rumit para lelaki zaman now.
Bahkan yang menunduk dan memejamkan matapun belum tentu pandangannya ikut terjaga, saya pun pernah bertanya kepada kawan yang tiap bersua akhwat lehernya ditekuk ke bawah dan kelopak matanya dirapatkan, "Ngapain?" Dia menjawab, "membayangkan..."
